Scroll untuk baca artikel
Riau

Energi Bersih Dari Kandang Sapi, Transformasi Hijau Desa Mukti Sari

×

Energi Bersih Dari Kandang Sapi, Transformasi Hijau Desa Mukti Sari

Sebarkan artikel ini
Desa Energi Berdikari Mukti Sari
Hasan Mahyein menunjukkan pupuk cair hasil olahan bioslurry. Limbah fermentasi biogas kini bernilai ekonomi bagi warga desa.(Foto: Hendry. K /Media Dumai)

KAMPAR (MDC) – Dari lumpur kandang yang dulu bau dan becek, kini Desa Mukti Sari di Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar, menyalakan kehidupan baru. Di balik deretan kandang sapi, berdiri reaktor biogas yang menjadi jantung energi desa. Dari 950 ton limbah ternak tiap tahun, lahirlah gas yang menerangi dan menghangatkan dapur 75 rumah tangga.

“Selama sapinya sehat, gasnya tak pernah berhenti,” ujar Sudarman, pengelola reaktor, sambil menepuk dinding kubah semen dengan bangga.

Tak hanya gas, sisa fermentasinya pun disulap jadi pupuk cair dan padat berlabel Prima Bioslurry. “Dulu kami buang, sekarang jadi sumber penghasilan,” kata Hasan Mahyein, pengolah bioslurry desa.

Perubahan paling dirasakan oleh para perempuan. Seperti Suramti, yang kini tak lagi mencari kayu bakar. “Tinggal putar katup, api langsung nyala. Dapur bersih, rumah tidak berasap,” ujarnya tersenyum.

Dibimbing Yayasan Rumah Energi (YRE) dan didukung Pertamina Hulu Rokan (PHR), Mukti Sari menjelma menjadi Desa Energi Berdikari. Dua puluh reaktor aktif kini

mengurangi emisi karbon hingga 50 ton CO₂e per tahun, sekaligus menumbuhkan ekonomi sirkular di desa.

Kini, Desa Energi Berdikari Mukti Sari bukan sekadar titik kecil di peta Riau. Ia menjadi cermin bagi banyak desa yang mencari jalan keluar dari ketergantungan energi dan pupuk kimia. Revolusi hijau itu memang senyap, tapi gema harapannya terdengar jauh.

Dari bau lahir kehidupan, dari kotoran muncul cahaya. Dari desa kecil ini, negeri belajar menyalakan harapan dari hal paling sederhana, kesungguhan manusia hidup selaras dengan alam.

Dari hulu kehidupan di kandang sapi hingga ke hilir dapur rumah tangga, Desa Mukti Sari membuktikan bahwa perubahan besar bisa lahir dari langkah kecil. Di tangan para peternak, kotoran sapi yang dulu dibuang kini diolah menjadi sumber energi.

Desa Energi Berdikari Mukti Sari

Di sinilah semuanya bermula  dari kotoran sapi yang dulu dianggap limbah. Desa Mukti Sari menemukan cara baru menyalakan kehidupan dari lumpur.(Foto: Hendry K / Media Dumai )

Desa Energi Berdikari Mukti Sari

Dari kubah semen inilah kehidupan baru menyala. Reaktor biogas Desa Mukti Sari menjadi jantung energi bersih bagi puluhan rumah tangga, selama sapinya sehat, gasnya tak pernah berhenti, ujar Sudarman bangga. Reaktor ini menjadi jantung energi desa, mengubah bau jadi berkah. (Foto: Hendry.K / Media Dumai)

Desa Energi Berdikari Mukti Sari

Dari pipa-pipa kecil mengalir gas kehidupan. Kini warga tak lagi membeli tabung, tapi memanen energi dari ternak sendiri. (Foto: Hendry.K / Media Dumai )

Desa Energi Berdikari Mukti Sari

Suramti, warga Desa Mukti Sari, kini memasak menggunakan kompor biogas. Tak lagi mencari kayu bakar, dapurnya bersih dan bebas asap. (Foto: Hendry K. / Media Dumai )

Desa Energi Berdikari Mukti Sari

Sudarman, pengelola reaktor biogas, menunjukkan lampu strongkeng yang menyala bersumber hasil akhir dari biogas. (Foto: Hendry K / Media Dumai )

Desa Energi Berdikari Mukti Sari

Hasan Mahyein dengan bangga menunjukkan proses pembuatan kompos organic padat. (foto : Hendry K / Media Dumai)

Desa Energi Berdikari Mukti Sari

Dari hasil fermentasi reaktor, lahir lagi berkah lain, cair dan padat berlabel Prima Bioslurry. (foto: Hendry K / Media Dumai)

Dari sapi lahir energi, dari limbah lahir berkah. Desa Mukti Sari kini menjadi cermin bagi banyak desa di Riau yang mencari jalan keluar dari ketergantungan energi fosil.
Sebuah revolusi hijau yang senyap tapi gema harapannya terdengar jauh.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *