DUMAI (MDC) – Setiap tahun, garis pantai di Kelurahan Mundam, Kecamatan Medang Kampai, Kota Dumai, terus terkikis ombak. Abrasi perlahan menelan tanah, kebun, bahkan rumah. Laut yang dulu menjadi sumber penghidupan, kini menjadi ancaman.
Namun, dari ancaman itu lahir harapan baru. Melalui program “Serumpun Paman Bahari” singkatan dari Sinergi Ekologi untuk Masyarakat Pesisir Unggul, Pangan Mandiri, dan Bahari Lestari.
PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) Refinery Unit II Dumai mengajak masyarakat Mundam berjuang bersama menjaga garis pantai dan menumbuhkan kehidupan.
Program tanggung jawab sosial lingkungan (TJSL) dengan konsep Pengelolaan Pesisir Terpadu ini terbukti membantu masyarakat pesisir Kelurahan Mundam, Kota Dumai, untuk memperkuat ketahanan dari ancaman abrasi pantai serta menunjang peningkatan ekonomi masyarakat.
Masyarakat berharap program Serumpun Paman Bahari terus berlanjut, tidak sekadar menanam, tetapi juga menumbuhkan semangat menjaga lingkungan dan kemandirian ekonomi. Dengan dukungan perusahaan dan pemerintah, mereka percaya Mundam bisa bangkit menjadi desa pesisir yang tangguh, hijau, dan sejahtera.
Ombak besar memukul tepian laut, menggerus sedikit demi sedikit daratan warga. Setiap tahun, abrasi di Mundam menggerus garis pantai hingga tujuh meter. Bagi warga pesisir, ancaman ini bukan sekadar statistik, tapi kenyataan yang menelan ruang hidup mereka.
(Foto: Hendry K/Media Dumai)
Pertamina hadir dengan solusi berbasis kolaborasi: alat pemecah ombak (APO) dari ban bekas menjadi benteng penahan gelombang laut. (Foto: Hendry K/Media Dumai)
Warga Mundam tak berhenti pada pemecah ombak. Melalui program tanggung jawab sosial lingkungan (TJSL) PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) Refinery Unit II Dumai, mereka menanam bibit mangrove di sepanjang garis pantai, menciptakan benteng hijau alami. Selain menahan abrasi, mangrove juga menjadi rumah bagi ikan kecil dan menyerap karbon dari udara. (Foto: Hendry K/Media Dumai)
Inovasi tak berhenti di laut. Limbah kayu palet dari kilang Pertamina diubah menjadi dermaga konvensional sederhana. Kini, nelayan bisa berangkat melaut tanpa menunggu pasang, menghemat waktu hingga lima jam, sekaligus memanfaatkan limbah industri dengan bijak. (Foto: Hendry K/Media Dumai )
Untuk meningkatkan kapasitas nelayan tangkap, selain jaring penangkap ikan, Pertamina juga memberikan pelatihan vokasi berupa pelatihan mekanik kapal sehingga nelayan bisa memperbaiki kapal sendiri dan bisa meningkatkan pendapatan hasil tangkapan. (Foto: Hendry K/Media Dumai )
Di sela kegiatan konservasi, warga mulai mengembangkan budidaya ikan nila dengan teknologi panel surya sebagai penggerak aerator dan penerangan. Kolam-kolam kecil yang dikelola oleh kelompok nelayan Mundam Jaya menjadi sumber penghasilan tambahan. Dari laut yang dulu menakutkan, kini tumbuh sumber pangan dan ekonomi baru.
(Foto: Hendry K/Media Dumai)
Kini, aroma garam di udara membawa rasa lega, bukan cemas. Program “Serumpun Paman Bahari” tak hanya menjaga pesisir dari abrasi, tapi juga menumbuhkan rasa percaya diri, kebersamaan, dan harapan baru di hati masyarakat Mundam. (Foto: Hendry K/Media Dumai)
Dari ombak yang mengikis, kini tumbuh kehidupan yang lestari. Dari ban bekas, lahir benteng pelindung bumi. Dari tangan masyarakat pesisir, lahir masa depan yang lebih tangguh.
“Serumpun Paman Bahari” bukan sekadar program, melainkan kisah tentang manusia yang berdamai dengan alam, dan menemukan cara baru untuk bertahan bersama. (HK)































